Badai Reda, Semoga Ada Happy Weekend Untuk Pasar Keuangan RI

Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Pasar keuangan Indonesia kompak terpuruk pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah berakhir di zona merah sementara Surat Berharga Negara (SBN) mulai dilepas investor.

Pasar keuangan ambruk karena investor khawatir dengan mulai meluasnya krisis perbankan. Bila sebelumnya krisis perbankan berpusat di Amerika Serikat (AS), krisis kini menyebar ke Eropa dengan ambruknya kinerja Credit Suisse.

Krisis di Amerika Serikat (AS) sudah mulai mereda dan diharapkan berdampak positif ke pasar keuangan Tanah Air.  Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.

IHSG ditutup melemah 62,41 poin atau 0,94% ke posisi 6.565,73 pada perdagangan Kamis (16/3/2023). Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 24 Desember 2021 atau 14 bulan terakhir.

Pelemahan juga membuat IHSG terlempar dari level psikologis 6.600 untuk pertama kalinya sejak 11 Januari 2023.

Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif IHSG yang selalu berakhir di zona merah sejak Selasa (14/3/2023). Dalam tiga hari perdagangan tersebut, IHSG jatuh 3,26%.

Sebanyak 473 saham turun, 130 lainnya stagnan alias tidak berubah, dan hanya 97 saham atau 14% yang menguat. Nilai transaksi tercatat Rp 10,3 triliun dengan melibatkan 17,6 miliar saham.

Di antara saham yang melemah sangat tajam adalah PT Medco Energi Internasional (MEDC) yang anjlok 6,99%, saham Harum Energy yang jatuh 6,86%, dan PT Timah (TINS) yang terkoreksi 6,73%.

Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 732,09 miliar, berbanding dengan net buy pada hari sebelumnya. IHSG sudah melemah sejak awal pembukaan. Hingga pukul 11:30 WIB, setidaknya ada 38 saham yang ambles dan sudah menyentuh ARB.

Kekhawatiran investor masih membayangi pergerakan IHSG. Menjalarnya krisis perbankan dari AS ke Eropa membuat investor kini mempertanyakan ketahanan sistem perbankan.

Krisis perbankan AS sudah memakan korban Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank mengguncang AS. Eropa juga diguncang kekhawatiran setelah Credit Suisse ambruk 24% pada Rabu pekan ini.

Bank berusia 167 tahun tersebut disorot tajam setelah mereka mengakui ada “kelemahan material” terkait pengawasan internal mereka. Hal ini membuat mereka terlambat menyerahkan laporan keuangan.

Masalah makin suram setelah investor terbesar mereka, Saudi National Bank, menolak menambah modal.

Krisis Credit Suisse diharapkan mereda setelah bank sentral Swiss, Swiss National Bank, akan memberi pinjaman sebesar US$ 54 miliar kepada mereka.

Besarnya sentimen negatif dari luar negeri meredam kabar positif dari dalam negeri. Salah satunya adalah keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%.

Dipertahankannya suku bunga acuan memungkinkan Indonesia untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan cepat sehingga menguntungkan perusahaan.

Mayoritas bursa Asia-Pasifik juga terkoreksi pada perdagangan Kamis (16/3/2023). Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,8%, Hang Seng Hong Kong ambruk 1,72%, Shanghai Composite China ambles 1,12%, dan Straits Times Singapura terkoreksi 0,55%.

Indeks ASX 200 Australia berakhir ambrol 1,46% sementara KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,08%.

Dari pasar mata uang, nilai tukar rupiah melemah 0,098% di posisi Rp 15.375/US$.

Gubernur BI perry Warjiyo mengatakan pelemahan rupiah dipicu kolapsnya tiga bank di AS. Krisis menjadi penyebab tertahannya aliran modal ke negara berkembang, rupiah pun melemah. Selengkapnya mengenai dampak kebijakan BI bisa dibaca pada halaman 4 artikel

“Pengetatan kebijakan moneter dan penutupan 3 bank di AS meningkatkan ketidakpastian dan menahan aliran modal dan tekanan terhadap pelemahan nilai tukar di beberapa negara,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis(16/3/2023).

Sementara itu, yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 65 points ke 6,82% kemarin. Naiknya yield menandai harga SBN yang turun karena investor menjual kepemilikan mereka.

Dari Paman Sam, semua bursa saham Wall Street kompak menghijau dengan penguatan lebih dari 1%.

Pada perdagangan Kamis (16/3/3023), indeks Dow Jones melonjak 1,17% atau 371,98 poin ke 32.246,55. Penutupan tersebut adalah yang tertinggi dalam sepekan terakhir.

Indeks Nasdaq terbang 283,23 poin atau 2,48% ke posisi 11.717,28 dan indeks S&P 500 melesat 68,35 poin atau 1,76% ke 3.960,28.

Bursa langsung dibuka di zona merah dengan penurunan yang cukup tajam karena investor khawatir dengan meluasnya krisis perbankan di AS serta kencangnya data tenga kerja AS.

Namun, semua berbalik arah setelah sekitar 11 bank berkomitmen untuk menaruh dana US$ 30 miliar atau sekitar Rp 461,25 triliun di First Republic Bank. Dana tersebut akan ditaruh paling tidak selama 120 hari.

Bank of America, Wells Fargo, Citigroup, dan JP Morgan dilaporkan akan menaruh masing-masing US$ 5 miliar di rekening First Republic Bank. Morgan Stanley akan menaruh dana sebesar US$ 2,5 miliar.

“Tindakan yang dilakukan bank-bank Amerika mencerminkan kepercayaan mereka pada First Republic Bank dan bank-bank dengan size yang sama. Tindakan tersebut juga menunjukkan komitmen penuh untuk menolong bank-bank yang melayani nasabah dan komunitas,” tulis grup tersebut, dikutip dari Reuters.

Seperti diketahui, First Republic Bank dikhawatirkan menjadi ‘next’ SVB setelah sahamnya terus jeblok. Seperti SVB, First Republic menghadapi penarikan dana besar-besaran karena anjloknya kepercayaan nasabah.

Aset First Republic Bank diperkirakan menyentuh US$ 200 miliar. Namun, sekitar 68% aset simpanan mereka tidak dijamin Lembaga Penjamin Simpanan AS (FDIC) karena di atas US$ 250.000.

Pada Minggu (12/3/2023), mereka mengatakan memiliki likuiditas sebesar US$ 70 miliar tetapi likuiditas tidak akan cukup untuk menghadapi guncangan di pasar saham serta penarikan besar-besaran dana nasabah.

Saham First Republic Bank menguat 9,98% kemarin. Saham sempat jeblok di hampir periode 6-15 Maret 2023 di mana penguatan terlemah terjadi pada Senin pekan ini yakni 61,8%.

Menanggapi 11 bank yang menyelamatkan First Republic Bank, Federal Reserve, Departemen Keuangan dan FDIC mengatakan langkah bank-abnk sangat positif.

“Apa yang dilakukan grup ini dukungan penuh dan kami sangat menyambut positif langkah mereka. Tindakan tersebut juga menunjukkan bahwa sistem perbankan masih tangguh,” tulis pernyataan lembaga tersebut.

First Republic Bank fokus pada nasabah-nasabah kelas atas dan kaya dengan mengelola wealth management dan pinjaman real estate. Bank tersebut mampu membukukan laba sebesar US$ 1,6 miliar pada 2022.

Seperti diketahui, pasar keuangan AS diguncang dengan krisis yang menimpa SVB, Signature Bank, dan Silvergate Bank. Kolapsnya bank-bank tersebut membuat panik. Tak cukup di situ, krisis menyebar ke Eropa dengan bermasalahnya Credit Suisse.

Selain krisis perbankan, bursa Wall Street sempat merah di awal perdagangan setelah data tenaga kerja keluar.

AS mengumumkan jika jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir pada 11 Maret berkurang 20.000 menjadi 192.000.

Jumlah tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 205.000. Berkurangnya klaim pengangguran menunjukkan masih kencangnya ekonomi AS sehingga inflasi bisa saja kembali naik.

Data klaim pengangguran AS akan menjadi pertimbangan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga pekan depan.

Investor dan pelaku pasar keuangan dalam negeri mesti mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar pada perdagangan terakhir pekan ini.

Banyaknya sentimen positif dari luar dan dalam negeri diharapkan bisa menopang kinerja IHSG, rupiah, dan SBN.

Sentimen positif utama akan datang dari kinerja impresif Wall Street. Setelah menjalani periode yang berdarah-darah sejak awal pekan, Wall Street akhirnya membukukan penguatan yang luar biasa.

Kembalinya kepercayaan investor pada sistem perbankan AS membuat ketiga bursa menghijau dengan penguatan lebih dari 1%. Investor yang semula khawatir dengan meluasnya krisis kini bisa bernafas lega setelah bank-bank bermasalah mendapat bantuan

Sekitar 11 bank memutuskan untuk menaruh dana hingga US$ 30 miliar untuk menyelamatkan First Republic Bank yang tengah jadi sorotan.

Krisis perbankan di Eropa juga mulai mereda setelah bank sentral Swiss, Swiss National Bank, akan memberi pinjaman sebesar US$ 54 miliar kepada bank berusia 167 tahun tersebut.

“Langkah bank-bank (yang menaruh simpanan di First Republic Bank) jelas melegakan. Market mungkin kini meyakini jika dunia tidak akan berakhir seperti dugaan sebelumnya,” tutur Bob Doll, chief investment officer Crossmark Global Investments, dikutip dari CNBC International.

Namun, pasar keuangan juga masih berhadapan dengan sentimen negatif dari luar negeri berupa masih ketatnya data tenaga kerja di AS serta keputusan ECB menaikkan suku bunga.

Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir pada 11 Maret berkurang 20.000 menjadi 192.000.

Rata-rata klaim pengangguran selama empat pekan berkurang menjadi 196.500 dari 197.250.

Pembangunan rumah baru di AS juga mencapai 1,45 juta atau melonjak 9,8% pada Februari 2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2021.

Dua faktor tersebut menunjukkan jika ekonomi AS masih panas sehingga inflasi bisa merangkak lagi atau melandai dengan sangat pelan.

Inflasi AS melandai ke 6% (year on year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari. Meski turun, inflasi masih tiga kali lipat dari target The Fed yakni di kisaran 2%.

The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 21-22 Maret mendatang. Di tengah krisis perbankan A, pasar kini menunggu apakah The Fed masih akan hawkish.

“The Fed jelas menghadapi tantangan berat dalam menyeimbangkan kebijakannya. Di satu sisi, The Fed harus menurunkan harga tanpa membuat pasar keuangan jatuh lebih dalam dan menyebabkan resesi,” tutur ekonom BMO Capital Markets, Priscilla Thiagamoorthy, dikutip dari Reuters

Dari benua Eropa, bank sentral Eropa (ECB) Kamis malam waktu Indonesia memutuskan tetap menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 3,5% di tengah krisis perbankan.
Suku bunga saat ini adalah yang tertinggi sejak akhir 2008.

ECB telah memberi isyarat selama beberapa minggu belakangan ini bahwa mereka akan menaikkan suku bunga acuan lagi pada rapat bulan Maret, karena inflasi di seluruh wilayah 20 anggota tetap jauh di atas target.

Pada Februari, data awal menunjukkan inflasi utama sebesar 8,5%, jauh di atas target bank sentral sebesar 2%

Sejumlah sentimen positif dari dalam negeri diharapkan mampu menopang pergerakan pasar Tanah Air.

Sentimen positif pertama datang dari BI setelah mempertahankan suku bunga di level 5,75%. Perry kembali menegaskan jika suku bunga saat ini sudah memadai untuk menjaga ekspektasi inflasi.

Level suku bunga 5,75% juga sudah mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan The Fed di kisaran 5,25-5,75%.

Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 450 bps dalam setahun terakhir menjadi 4,5-4,75%.

Perry mengatakan The Fed memang akan mempertimbangkan krisis perbankan AS dalam menentukan kebijakan pekan depan. Namun, The Fed akan tetap menjadikan faktor fundamental yakni inflasi.

“Ada potential skenario, The Fed akan menaikkan (suku bunga) 5,5-5,75%. The Fed memang akan mempertimbangkan financial stability tetapi sudah ada langkah-langkah dan program untuk menyelamatkan bank,” imbuh Perry, dalam konferensi pers, Kamis (16/3/2023).

Perry juga memastikan sistem perbankan nasional aman. Sttress test terhadap ketahanan perbankan di Tanah Air dalam menghadapi guncangan krisis perbankan global menunjukkan bank-bank nasional masih tahan.

“Hasil simulasi stress test mengungkapkan itu, kondisi perbankan Indonesia berdaya tahan terhadap gejolak global ini, termasuk dampak 3 bank ini,” tegas Perry.

Salah satu faktor penopang ketahanan tersebut adalah rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan di Indonesia yang mencapai 25,88% pada Januari 2023.

BI juga optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bias ke atas 4,5-5,3%. Momen Ramadan dan Lebaran akan menjadi salah satu penopang pertumbuhan.

BI memperkirakan peredaran uang selama periode Lebaran akan mencapai Rp 195 triliun. Jika perkiraan BI benar maka peredaran uang akan menjadi yang tertinggi bahkan melebihi Lebaran pra-pandemi.

Tingginya pertumbuhan setidaknya tercermin dari permintaan kredit yang terus meningkat dari 10,53% (yoy) pada Januari 2023 menjadi 10,64% (yoy).

BI juga menjekaskan aliran inflow ke pasar keuangan Indonesia masih tinggi yakni US$ 3 milair dari Januari-14 Maret 2023.

Agenda Ekonoomi:

* Bank Indonesia akan merilis Laporan Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan Februari 2023 (11:00 WIB)

*  Amerika Serikat akan merilis data Michigan Consumer Sentiment Maret dan data Manufacturing Production (21:00 WIB)

 

Agenda perusahaan:

1. Tanggal Dividen Tunai Arwana Citramulia Tbk (ARNA)

2. PT Sri Rejeki Isman Tbk akan menggelar RUPS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*