Merosot! Rupiah Dekati Rp 14.900/US$

Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

 Nilai tukar rupiah merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Rabu (17/5/2023). Ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang kembali meningkat membuat rupiah langsung melemah 0,34% ke Rp 14.865/US$, melansir data Refinitiv.

Depresiasi rupiah kemudian bertambah hingga mendekati Rp 14.900/US$. Sebelumnya rupiah sudah tidak pernah menguat selama 4 hari.

Presiden The Fed wilayah Richmond pun https://5.61.57.251/ menyatakan ia masih “nyaman” jika suku bunga kembali dinaikkan untuk menurunkan inflasi. Hal tersebut diungkapkan setelah rilis data penjualan ritel yang masih kuat, menjadi indikasi inflasi akan sulit untuk turun.

Data lain menunjukkan produksi industri di Amerika Serikat tumbuh 1% pada April, padahal para ekonom memprediksi stagnan.

Kuatnya perekonomian Amerika Serikat menjadi dilema, sebab saat “perang” melawan inflasi, yang dibutuhkan adalah pelemahan ekonomi.

Inflasi di Amerika Serikat memang menunjukkan tren penurunan, tetapi diperkirakan sulit untuk mencapai target The Fed sebesar 2%.

Inflasi pada April dilaporkan tumbuh 4,9% year-on-year (yoy) lebih rendah dari ekspektasi ekonom sebesar 5%. Inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan tumbuh 5,5%, lebih rendah dari bulan sebelumnya 5,6% tetapi sesuai ekspektasi.

Dengan inflasi yang masih jauh dari target 2% dan diperkirakan sulit mencapainya akibat perekonomian yang kuat, The Fed diperkirakan akan menahan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama. Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan dinaikkan lagi pada bulan depan.

Pasar kini melihat probabilitas kenaikan suku bunga di AS pada bulan depan sekitar 17% kembali naik dari sebelumnya di bawah dua digit, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group.

“Kita perlu melihat tanda-tanda The Fed mencapai pivot, dan hingga saat ini kita belum benar-benar melihatnya,” kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, sebagaimana dilansir CNBC International.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*