Anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Jumat (24/2/2023). Penawaran saham perdana (IPO) ini bisa menjadi momentum untuk prospek bisnis perusahaan ke depan.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi panas bumi (geothermal), PGEO berpotensi menjadi salah satu pemimpin industri global seiring posisi Indonesia yang strategis.
Diketahui letak geografis Indonesia yang berada di “Pacific Ring of Fire” membuat Indonesia diberkahi potensi panas bumi yang besar dan berlimpah.
Berdasarkan laporan Asian Development Bank (ADB), potensi sumber daya energi panas bumi Indonesia mencapai 29 ribu MW, lebih dari cukup untuk melampaui kapasitas dunia saat ini.
Hanya saja, kapasitas tenaga panas bumi Indonesia baru mencapai 2.276 MW per 2021. Dengan angka tersebut saja, Indonesia saat ini berada di peringkat kedua tertinggi di dunia, di bawah Amerika Serikat (AS) yang punya kapasitas 3.722 MW.
Sementara, berdasarkan proyeksi Pemerintah hingga tahun 2020, total estimasi potensi panas bumi Indonesia sebesar sekitar 24 GW merupakan yang terbesar di dunia.
Berdasarkan Bank Dunia, potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencakup sekitar 40% dari cadangan sumber daya panas bumi dunia.
Dengan hanya sekitar 2,8GW yang beroperasi pada tahun 2022, terdapat potensi yang signifikan untuk eksplorasi lebih lanjut dan pertumbuhan organik. Total kapasitas panas bumi Indonesia diperkirakan akan tumbuh pesat dari sekitar 2,8GW pada tahun 2022 menjadi sekitar 6,2GW pada tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4% dari tahun 2022 hingga 2030.
Selain itu, kebijakan peralihan ke energi hijau atau energi terbarukan ke depan bisa menjadi katalis untuk sektor ini.
Berbekal keunggulan berupa bebas emisi dan sumber daya yang melimpah, sektor energi geothermal bisa menjadi unggulan di masa depan.
Menurut estimasi riset Wood Mackenzie, seiring pemerintah mulai berfokus ke energi bersih ke depan, kontribusi energi panas bumi terhadap bauran energi Indonesia bisa meningkat hingga 9,6% pada 2030.
Secara sederhana, PGEO, bergerak dalam pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). PLTP memanfaatkan sumber panas bawah tanah dari magma untuk membuat air tanah menjadi panas.
Air yang panas ini nantinya akan berubah menjadi uap air. Uap ini yang akan digunakan untuk memutar turbin. Turbin memutar generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik.
Keunggulan PGEO
Informasi saja, PGEO merupakan pemegang hak panas bumi terbesar di Indonesia, termasuk hak atas area operasi panas bumi Star Energy, pemain utama panas bumi milik PT Barito Pacific Tbk (BRPT) besutan taipan Prajogo Pangestu.
Dalam kontraknya, Star Energy bertindak sebagai kontraktor kepada PGEO yang artinya hak operasi tetap dipegang oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Hal ini menjustifikasi nilai premium yang dimiliki oleh PGEO karena PGEO mendapat bagi hasil keuntungan dari KOB dengan Star Energy.
Belum lagi, posisi sebagai anak BUMN dan hubungan dengan PLN akan membantu PGEO dalam mengerjakan proyek ke depan.
PGEO saat ini mempunyai total 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan 8 dioperasikan sendiri, 4 dikontrakan, dan 1 dimiliki anak usaha. Dari 8 area operasi ini, masing-masing area operasi sudah punya pembangkit listrik sendiri dengan rincian:
- Kamojang: 235 MW2
- Lahendong: 120 MW3
- Ulubelu: 220 MW4
- Karaha: 30 MW5
- Lumut Balai: 55 MW6
- Sibayak: 12 MW (operasi dihentikan)
- Sungai Penuh (belum beroperasi)
- Hululais (belum beroperasi)
Dengan melantai di bursa, PGEO berarti menjadi pemain geothermal murni alias pure play di bursa. Sebagaimana diketahui PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) punya Sarulla Operations dan BRPT, seperti disebut di muka punya Star Energy.
Sejak 31 Desember 2011, PGEO telah meningkatkan kapasitas terpasang keseluruhan proyek-proyek panas bumi yang terdapat dalam wilayah kerja panas bumi (WKP) Perseroan dari 1.167MW menjadi 1.877MW, yang terdiri dari 672MW yang terletak di dalam WKP yang dioperasikan oleh Perseroan, dan sisanya sebesar 1.205MW yang terletak di dalam WKP yang dioperasikan oleh Kontraktor KOB (Star Energy dan Sarulla).
Saat ini, sebanyak 9 dari 13 WKP panas bumi PGEO merupakan operasi panas bumi yang menghasilkan pendapatan.
Ke depan PGEO, berencana untuk meningkatkan total kapasitas terpasang keseluruhan sebesar 600MW dalam 5 tahun ke depan, menjadi sebesar 2.477MW. Rinciannya, sebesar 1.272MW terletak di dalam WKP yang dioperasikan oleh perusahaan, dan sisanya sebesar 1.205MW terletak di dalam WKP yang dioperasikan oleh Kontraktor KOB.
Menurut estimasi Wood Mackenzie, kapasitas terpasang keseluruhan Perseroan berkontribusi sekitar 82% dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia per 31 Desember 2021.
Sementara, apabila dikombinasikan dengan kapasitas terpasang milik Kontraktor KOB, berdasarkan data Wood Mackenzie, per Desember 2021 PGEO punya kapasitas terpasang terbesar di antara perusahaan panas bumi baik di Indonesia maupun global.
Sebagai gambaran, dalam gelaran IPO, perseroan menawarkan ke masyarakat sebanyak 10,35 miliar saham biasa atas nama, yang mewakili sebesar 25% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan dan ditawarkan dengan harga penawaran Rp 875 per saham.
Dus, PGEO akan mendapatkan dana segar dalam hajatan ini sebesar Rp 9,05 triliun.